Kelemahan Penggunaan Sprei Lyocell di Negara Tropis
Dalam dunia sprei, pemilihan bahan merupakan langkah penting dalam menciptakan kenyamanan tidur. Salah satu bahan yang populer belakangan ini adalah Lyocell. Namun, seperti halnya semua produk, Lyocell tidaklah sempurna. Terutama di negara beriklim tropis seperti Indonesia, di mana tingginya kelembaban udara dapat mempengaruhi kenyamanan tidur.
Kelembaban Lyocell di Iklim Tropis
Salah satu perbandingan yang nyata antara lyocell dan katun adalah tingkat penyerapan kelembaban. Menurut penelitian, Lyocell memiliki tingkat penyerapan kelembaban yang 50% lebih tinggi dibandingkan dengan katun. Ini dapat menjadi pertimbangan penting, terutama bagi produsen dan kosumen yang mencari bahan yang dapat mengatasi kelembaban tinggi di negara tropis.
Tingkat Penyerapan Kelembaban Lyocell Dan Katun
Banyak konsumen telah mengungkapkan bahwa penggunaan sprei bahan Lyocell cenderung terasa lepek dan lembab, terutama pada pagi hari. Ini menjadi lebih nyata terasa di negara beriklim tropis, seperti Indonesia, yang memiliki kelembaban udara tinggi. Pada kondisi seperti ini, kelembaban yang tinggi dapat menjadi faktor penentu kenyamanan tidur.
Sleep Foundation, dalam penelitiannya, mengidentifikasi “moisture wicking” sebagai salah satu kekuatan katun. Sifat ini memungkinkan katun untuk menyerap dan mengeluarkan kelembaban dengan efisien, menjaga kulit tetap kering dan nyaman selama tidur.
Sensitivitas Lyocell Terhadap Kelembaban
Salah satu kelemahan utama Lyocell muncul ketika bahan ini terkena abrasi dalam kondisi lembab atau basah. Misalnya, saat terjadi gesekan tubuh saat tidur di iklim yang lembab, Lyocell menjadi lebih sensitif. Hal ini dapat menyebabkan munculnya pilling atau gumpalan pada permukaan kain, yang pada gilirannya dapat merusak struktur kain dengan cepat.
Testimonial Asli Pelanggan Leven Cotton
Masih Ragu?
